Ia
dikenal sebagai orang yang gigih bekerja. Ia kaya, bahkan sangat kaya. Namun
semua harta benda yang dia miliki, murni dari hasil jerih payahnya sendiri,
bukan berasal dari harta warisan, pemberian orang, atau hasil curian, hasil
rampokan atau hasil melakukan tindak pidana korupsi yang tidak terpuji. Selama
ini ia sudah merasa amat bangga dengan hasil kerjanya. Kebanggaan itu bahkan
juga di rasakan oleh anak istrinya. Betapa bangganya mereka memiliki seorang
suami dan ayah yang begitu giat bekerja demi kebahagiaan keluarga. Baginya,
semua hartanya diraih dengan cara yang halal. Setidaknya demikianlah menurut
apa yang sudah dia pahami selama ini.
Baru-baru
ini, ia mengapal sebuah do’a, yang maknanya sebagai berikut,
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezki-Mu
yang halal, sehingga tidak membutuhkan lagi
yang haram. Cukupkanlah aku dengan kekuatan-Mu sehingga tidak lagi
membutuhkan selainmu”(diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Doa
yang ia hapal dari sebuah buku tuntunan berdo’a berdasarkan hadits-hadits
shahih itu amat dia sukai dan selalu saja dia baca. Harapannya, rezekinya akan
semakin berlimpah, terbebas dari rezki yang haram, merasa cukup dengan segala
karunia yang diberikan oleh Allah Azza
waa jalla kepadanya. Selang setahun setelah ia mengamalkan do’a tersebut
secara tekun, kehidupannya berubah. Dari sebelumnya ia dikenal sebagai juragan
tembakau yang sukses, memiliki beberapa toko sandang pangan dan berbagai unit
usaha lain. Plus sekian rumah, tanah berhektar-hektar dan uang berlimpah; dari
kondisi seperti itu, menjadi seorang pria yang menempati rumah kotangan, separuh batu separuh gedek, berkeliling menjajakan perkakas
rumah sederhana, plus sebidang tanah kecil dibelakang rumahnya!! Eh, itu persis
dengan keadaan dia 20 tahun yang lalu, sebelum meraih kesuksesan sebagai
pedagang dan petani tembakau yang
berhasil!!
Awalnya,
ia begitu terkejut, “Inikah hasil do’aku
selama setahun ini? Apakah Allah begitu zdalim terhadap hamba-Nya yang rajin
memanjatkan do’a kepadanya?” tanyanya dalam hati. “Astaghfirullah! Kenapa aku berpikir seperti itu?” ujarnya sadar. Ia
nyaris terjebak menyalahkan Allah Yang Maha Pengasih. Namun, melalui berbagai
pelajaran dari pengajian-pemgajian yang dia ikuti, akhirnya ia memperoleh
sebuah realitas baru yang sama sekali belum pernah dia pikirkan sebelumnya.
Akhirnya ia sadar, bahwa usaha yang ia lakukan,yang ia tekuni selama ini, yang
ia anggap sebagai usaha halal, ternyata merupakan usaha yang setidaknya syubhat,
nyaris haram, atau haram sama sekali!
Ia
mendapat keterangan, bahwa ulama berbagai madzhab bnayak yang telah menjelaskan
tentang haramnya rokok. Banyak dalil yang menunjukkan hukum tersebut. Sementara komoditi terbesar
yang menggunakan tembakau sebagai bahan pokonya adalah pabrik rokok. Dan
memang, berbagai tanaman tembakaunya selalu saja diborong oleh sebuah pabrik rokok
yang sudah menjadi langganannya. Sementara dia sebagai petani sekaligus
pedagang tembakau, alias pemasok bahan utama pembuat rokok. Sehingga, ketika
Alloh azza waa jalla mengembalikan kondisnya seperti saat ia belum sukses dalam
usahanya, jelas merupakan kebaikanya, dan itu nyata-nyata Allah azza waa jalla
mengabulkan do’anya selama ini. Subhaanallah!
Ia pun tercengang, jiwan sungguh tergugah oleh kenyataan tersebut. Ia pun
merundukkan tubuhnya, rukuk dan sujud di hadapan Allah azza waa jalla yang Maha
Pengasih, lagi Maha Pemurah.
(misteri do'a yang terkabul)
(misteri do'a yang terkabul)